Mikropenis atau hypogenitalism merupakan suatu kelainan pada penis dimana bentuknya normal tetapi dengan ukuran <2,5 standart deviasi dibawah dari nilai rata-rata menurut umur dan status pubertas. Penggunaan kata mikropenis tidak bisa digunakan jika ada kelainan morfologi penis lain seperti hipospadi, bentuk genital ambigu termasuk male pseudohemaprodit.
Mikropenis lebih disebabkan karena factor hormononal oleh hipogonadotropik hypogonadism, baik isolated maupun kombinasi dengan defisiensi pituitary lain, terutama defisiensi hormon pertumbuhan. Namun, sebagian besar mikropenis adalah idiopatik. Banyak factor yang mempengaruhi panjang penis pada anak yaitu seperti gizi, usia kehamilan saat bayi lahir, obesitas dan berat badan lahir.
Penelitian dilakukan terhadap perkembangan janin menemukan adanya 2 tahapan perkembangan penis pada janin:
- Tahap 1
Terjadi pada awal masa pertumbuhan janin. Terjadi saat androgen mulai menstimulasi penis dan skrotum dari bentuk asalnya sebelum terdiferensiasi.
- Tahap 2
Stimulasi androgen akhirnya berlanjut membentuk perkembangan selanjutnya dari penis, termasuk di dalamnya pertambahan ukuran penis.
Para peneliti memiliki teori bahwa kemungkinan pada mikropenis sudah melewati tahap 1 namun gagal menyelesaikan tahap 2. Sebagai akibat dari penurunan androgen.
Perkembangan penis secara umum dibagi dalam dua tahap, yaitu intra dan ekstra-uterin.
Sampai dengan minggu kedelapan di dalam kehidupan fetus, genitalia eksterna dari kedua jenis kelamin masih sama. Diferensiasi ke arah kelamin laki-laki tergantung pada pengaruh testosterone, terutama dihidrotestosteron. Pada fetus laki-laki usia 8-12 minggu, testosteron disekresi oleh sel Leydig secara otonom, kemudian dipengaruhi oleh human Chorionic Gonadotropin plasenta, dan oleh rangsangan Luteinizing hormone (LH) pituitari fetus pada trimester ke dua. Pada tahapan ini penis sudah lengkap terbentuk. Pituitari fetus mengambil alih fungsi kontrol dengan melepaskan LH dan follicle stimulating hormone. Proses stimulasi berkelanjutan ini bertanggung jawab atas perkembangan penis. Mikropenis terjadi akibat gangguan atau defek hormonal pada trimester ke dua. Jika defek terjadi pada kehamilan di bawah 14 minggu, yang mungkin terjadi adalah pembentukan penis yang tidak sempurna dan terjadi ambigus. Sekresi testosteron juga berpengaruh pada perkembangan penis pada masa ekstra-uterin. Pada masa neonatal kadar testosterone meningkat hingga usia 2 sampai 3 bulan, kemudian turun perlahan dan berlanjut hingga prapubertas. Pada masa ini terjadi penambahan panjang penis walaupun sedikit.
Cara pengukuran dan menentukan mikropenis yaitu dengan cara fully stretched length measurement. Pemeriksa memegang glans penis antara ibu jari dan satu jari lainnya kemudian ditarik. Tangan yang satu mengukur Panjang penis yang sudah ditarik, sementari spatula kayu diletakan sejajar dengan penis sampai ke tulang pubis. Pengukuran dari bagian atas glans penis sampai ke dasar pubis dikatakan sebagai Panjang penis. Bagian preputium tidak ikut di ukur dan penekanan pada pubis dimaksud untuk mengeluarkan penis yang terbenam sehingga pengukuran tidak salah. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali dan rata-rata dari 3 pengukuran tersebut merupakan dinyatakan suatu panjang penis. Dikatakan suatu mikropenis apabila Panjang penis kurang dari 2.5 SD sesuai dengan usianya tanpa ada suatu kelainan anatomis penis.
Pemberian hormone testoteron ester 25 mg intra muscular sebanyak 4 dosis dengan interval 3 minggu. Memungkinkan terjadinya pertambahan Panjang penis yang bermakna bersamaan dengan peningkatan rugae skrotum diosertai sedikit pertumbuhan rambut pubis.
Pemberian topical 5-A dihidrotestoteron (DHT) gel, pada regio periscrotal sebanyak 3 kali sehari selama 5 minggu menunjukan kenaikan level DHT serum. Di beberapa penelitian membuktikan dapat meningkatkan perkembangan pada genitalia.
Terapi bedah dapat dilakukan dan menjadi pertimbangan. Dengan melakukan rekonstruksi pada penis dan memperbaiki kosmetiknya dapat menjadi opsi jika gagal dengan terapi hormone.
Tridjaja, Bambang et al. 2002. Pengobatan Testoteron pada Mikropenis. Sari Pedia
Basuki, Siswanto et al. 2009. Kejadian mikropenis pada anak obes. Jurnal gizi klinik Indonesia
Indrawann, Doddy. 2012. Korelasi Panjang penis dengan antropometri anak usia 5 tahun. Jurnal ilmiah kedokteran
Hatipoglu, Nihal et al. 2013. Mikropenis: etiologi, diagnosis and treatment approaches. J clin res pediatr endrocrinol
Sampai jumpa lagi di artikel lainnya..
salam Jagoan Khitan