Definisi Peyronie
Penyakit peyronie merupakan keadaan dimana pada penis bagian tunika albuinea terdapat plak fibrotic. Ditemukan seorang ahli bedah asal perancis, francois gigot de la peyronie pada tahun 1742. Ada pasien yang datang dan mengeluhkan nyeri saat ereksi, kelengkungan penis dan ereksi yang buruk terjadi di daerah yang terkena.
Epidemiologi
Prevalensi penyakit ini adalah sekitar 3-9% pada pria. Namun, prevalensinya dapat lebih tinggi karena banyak pria yang enggan dan malu memeriksakan keluhannya. Penyakit ini muncul pada pria usia 40-70 tahun. Di dapatkan 2 fase yaitu
- Fase akut, terjadi selama 6-18 bulan. Ditandai adanya perkembangan kurvatura penis dan rasa nyeri saat ereksi.
- Fase kronik, munculnya gejala nyeri penis, dan abnormalitas penis yang menetap.
Faktor resiko
- Trauma belurang pada penis yang ereksi selama aktivitas seksual
- Defisiensi vitamin E
- Konsumsi obat beta bloker
- Peningkatan kadar serotonin
- Aterosklerosis
- Hipertensi
- Hiperkolesterolemia
- Hyperlipidemia
- Diabetes
- Merokok
Gejala Klinis
- Nyeri saat ereksi
- Penis melengkung
- Ereksi minimal dibagian distal dari area sakit
- Tanda khas nyeri menghilang setelah ereksi berhenti (flaccid)
- Terdapat bagian-bagian keras di penis (fibrous plaque) pada tunica albuginea
- Plak biasanya terdapat di dekat garis tenah dorsal batang penis
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk penyakit ini adalah ultrasonografi penis untuk mengetahui dan identifikasi plak. Pemeriksaan histologi dapat dilakukan pada jaringan plak peyronie dan menunjukan memiliki deposisi abnormal serat elastis di sekitar susunan kolagen yang tidak teratur dan berlebihan.
Terapi non bedah
- Terapi oral
- Vitamin E, memiliki efek antioksidan dan berperan untuk perbaikan DNA. Sifat dari antioksidan itu sendiri dapat menghambat sintesis nitrat oksida sehingga berefek positif pada otot polos pembuluh darah.
- Potasium para-aminobenzoate (Potaba), terbukti dapat menurunkan kolagen sehingga dapat membuat stabil dan mencegah perkembangan kelengkungan penis
- Tamoxifen, merupakan antiestrogen non-steroid dan memiliki cara kerja memodulasi TGF-B1, yang mengurangi fibrosis
- Colkisin, cara kerja belum dapat dipastikan. Namun diketahui dapat menurunkan asam laktat yang menurunkan endapan asam urat dan menurunkan sintesis kolagen.
- L-carnitine, belum dipahami kerjanya. Namun, dihipotesiskan meingkatkan respirasi mitokondria menurunkan radikal bebas.
- Penroxifyline, merupakan inhibitor fosfodiesterase nonspesifik dengan menggabungkakn difat anti-inflamasi dan anti fibrogenik. Dengan cara memblok TGF-B1 yang berperan pada jalur peradangan dan untuk mencegah pengendapan kolagen tipe I.
- Phosphodiesterase type 5 (PDE5) inhibitor, mekanismenya dengan meningkatkan kadar cGMP yang akan membuat hambatan sintesis kolagen dan menginduksi apoptosis fibroblast. Sehingga memiliki peran anti-fibrotik dengan menghambat pembenrukan scar.
- Terapi injeksi
- Verapamil, merupakan antagonis kalsium chanel yang menambah aktifitas kolagenase, meningkatkan ekspresi sitokin yang berhubungan dengan peraddangan dini dan pembentukan luka dan menghambat proliferasi fibroblast dalam plak penyakit ini.
- Collagenase, berfungsi untuk mendegradasi kolagen interstitial khususnya kolagen tipe II. Baik digunakan untuk plak kecil dan kelainan bentuk penis minor. Bisa digunakan untuk fase akut dan kronik.
- Interferon, merupakan sitokin pada proses inflamasi. Interferon-A-2b menghambat proliferasi fibroblast, meningkatkan aktivitas collagenase, menurunkan produksi kolagen.
- Terapi topical dan iontophoresis
- Aminopropoonitrile, hidrokortison dan verapamil merupakan obat topical dengan hasil yang cukup baik dab menjadi pilihan.
- iontophoresis, dengan memanfaatkan transport elektrokinetik molekul bermuatan untuk meningkatkan pengiriman obat transdermal ke jaringan yang sakit, terutama plak di penyakit peronei.
- Terapi extracorporeal shockwave (ESWT)
Menurut salah satu penelitian dapat mempercepat resolusi nyeri dibandingkan dengan perjalanan alami penuakit. Namun saat ini tidak direkomendasikan karena tidak terbukti bermakna memperbaiki kelengkungan dan ukuran plak.
- Penile traction device
Traksi menginduksi pembentukan jaringan ikat baru. Namun masih perlu studi lanjutan.
Terapi bedah
Bedah merupakan gold standart tindakan pada penyakit peronei yang paling cepat dan ampuh. Dengan cara menempatkan protesis penis sehingga memberikan rigiditas untuk aktivitas penetrasi seksual. Terapi bedah diindikasikan pada pria yang tidak mampu melakukan penetrasi seksual, deformitas stabil setidaknya 6 bulan sejak awal gejala, kegagalan terapi medis ataupun minimal invasive.
- Tunical shortening procedure (penile plication)
Indikasi untuk pasieng dengan kelengkungan yang tidak parah. Dengan cara memperpendek sisi tunika albuginea yang bersebrangan untuk menyamakan Panjang kedua sisi penis. Syarat idealnya adalah pria dengan Panjang penis yang memadaim kelengkungan <60 derajat, fungsi ereksi baik dan tidak ada hourglass defect. Keuntungan metode ini yaitu waktu singkat, kosmetik baik dan efek minimal.
- Tunical lengthening procedure (incision and grafting)
Dengan cara menginsisi plak untuk mengembalikan kelengkungan penis dan menggunakan graft untuk menambah tunika albuginea yang sudah di insisi. Indikasi pada kelengkungan yang luas (>60 derajat), terdapat beberapa area plak dan Panjang penis tidak memadai.
- Penile prosthesis implantation
Berguna untuk meluruskan kelengkungan dan memberikan ereksi fungsional. Dapat membantu meregang atau mematahkan plak dan meluruskan penis. Tingkat keberhasilan tinggi.
Komplikasi
Pada 2/3 pasien penyakit ini akan bertambah resikonya jika memiliki penyakit vaskuler sehingga menyebabkan disfungsi ereksi.
Husein, rahmat. 2020. tatalaksana penyakit peyronie
Zakaria, Iskandar. 2007. Cavernosonografi
Sampai jumpa lagi di artikel lainnya..
salam Jagoan Khitan