Khitan Dalam Pandangan Agama

Khitan, atau sunat, merupakan praktik yang memiliki makna khusus dalam berbagai budaya dan agama. Dalam konteks segi agama Islam, khitan memiliki peranan yang penting dan simbolis. Artikel ini akan membahas khitan dari perspektif agama Islam, termasuk landasan syar’i, manfaatnya, serta pandangan berbagai mazhab dalam Islam.

Khitan dalam Konteks Agama Islam

Dalam ajaran Islam, khitan adalah prosedur penghilangan kulup (prepusium) dari penis. Praktik ini bukan hanya merupakan tradisi budaya di banyak komunitas Muslim, tetapi juga memiliki dasar yang kuat dalam hukum dan ajaran agama Islam.

Landasan Syariat untuk Khitan

1. Nash Al-Qur’an dan Hadis
   Meskipun tidak ada ayat dalam Al-Qur’an yang secara eksplisit menyebutkan tentang khitan, praktik ini didasarkan pada hadis Nabi Muhammad SAW dan tradisi para sahabat. Beberapa hadis yang mendukung khitan antara lain:
   • Rasulullah SAW bersabda, “Khatam al-huda, al-Khitan.” (HR. Abu Dawud). Hadis ini menunjukkan bahwa khitan adalah salah satu aspek dari sunah fitrah yang dianjurkan dalam Islam.
   • Hadis lain menyebutkan bahwa Nabi Ibrahim AS juga melakukan khitan sebagai bagian dari praktik agama yang sesuai dengan wahyu Tuhan. Ini menegaskan bahwa khitan adalah praktik yang sudah ada jauh sebelum masa Nabi Muhammad SAW.
2. Sunah Fitrah
   Dalam konteks sunah fitrah, khitan dianggap sebagai bagian dari kebiasaan yang dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan kesucian. Sunah fitrah adalah praktek-praktek alami yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW untuk diikuti oleh umat Muslim sebagai bagian dari pembersihan dan perawatan diri.

Manfaat Khitan dari Segi Agama Islam

1. Pembersihan dan Kesucian
   Salah satu alasan khitan dianjurkan dalam Islam adalah untuk menjaga kebersihan dan kesucian. Khitan membantu mengurangi penumpukan kotoran dan bakteri di area genital, sehingga memudahkan praktik kebersihan yang sesuai dengan ajaran Islam.
2. Penerapan Sunah Nabi
   Mengikuti sunah Nabi Muhammad SAW adalah bentuk ibadah dan ketaatan dalam Islam. Dengan melakukan khitan, seorang Muslim mengikuti jejak Nabi dan menunjukkan kepatuhan terhadap ajaran agama.
3. Identitas dan Keterikatan Sosial
   Khitan sering kali juga dianggap sebagai tanda identitas dan keterikatan dalam komunitas Muslim. Ini merupakan bagian dari tradisi budaya yang mendukung dan memperkuat ikatan sosial dalam masyarakat Muslim.

Pandangan Mazhab Islam tentang Khitan

1. Mazhab Hanafi
   Dalam mazhab Hanafi, khitan dianggap sebagai sunnah muakkadah (sunah yang sangat dianjurkan tetapi tidak wajib). Meskipun dianjurkan, khitan tidak dianggap sebagai kewajiban hukum dalam mazhab ini.
2. Mazhab Maliki
   Mazhab Maliki memandang khitan sebagai salah satu dari sunah fitrah yang penting. Khitan diakui sebagai praktik yang sangat dianjurkan dan dihargai dalam mazhab ini.
3. Mazhab Syafi’i
   Dalam mazhab Syafi’i, khitan dianggap sebagai kewajiban bagi pria dan wanita. Mazhab ini menegaskan bahwa khitan adalah bagian dari ibadah yang harus dilakukan oleh umat Islam, dan merupakan syarat untuk menjaga kesucian.
4. Mazhab Hanbali
   Mazhab Hanbali juga menganggap khitan sebagai kewajiban. Khitan dianggap sebagai bagian integral dari agama dan praktik yang harus dilakukan oleh umat Islam.

Khitan, dalam segi agama Islam, adalah praktik yang memiliki makna dan tujuan yang mendalam. Meskipun dasar hukum untuk khitan didasarkan pada hadis dan sunah Nabi Muhammad SAW, manfaatnya meliputi pembersihan, kesucian, dan penerapan sunah fitrah. Pandangan berbagai mazhab Islam menunjukkan bahwa khitan memiliki status yang berbeda, tetapi umumnya dianggap sebagai praktik yang penting dalam ajaran Islam. Dengan memahami konteks dan landasan syar’i untuk khitan, umat Muslim dapat menghargai dan menjalankan praktik ini sesuai dengan ajaran agama mereka.