Bulan ramadhan merupakan bulan dimana umat islam melakukan ibadah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ibadah yang dijalankan terutama yang kita bahas berpuasa dalam konteks tidak makan dan minum sejak terbitnya matahari hingga terbenamnya matahari. Selama waktu tersebut kita tidak boleh memasukan makanan maupun minuman ke dalam tubuh. Pada orang dengan sistem pencernaan normal puasa mungkin tidak menimbulkan keluhan medis. Namun, jika seseorang menderita penyakit saluran pencernaan seperti gastritis, apakah akan menimbulkan gejala medis? Berikut ulasannya.
Penyakit pada saluran pencernaan ada berbagai macam. Namun, yang paling sering dialami adalah gastritis. Gastritis merupakan suatu penyakit pada lambung dimana lambung mengalami iritasi akibat dari peningkatan kadar asam dalam lambung. Menurut WHO angka kejadian gastritis berkisar 1.8-2.1 juta dari total populasi per tahun. Sedangkan untuk angka gastritis di indonesia merupakan 40% nya.
Gastritis dapat terjadi baik pada remaja sampai dengan dewasa. Penyebabnya yaitu karena iritasi, infeksi dan makan yang tidak teratur (makan telat, makan terlalu banyak, makan cepat, makan-makanan pedas).
Mayoritas penduduk indonesia adalah muslim dan menjalankan puasa di bulan ramadhan selama 1 bulan penuh. Hal ini membutuhkan fisik yang prima terutama dalam mencegah timbulnya penyakit pada saluran cerna. Dari beberapa penelitian berpuasa ternyata tidak menyebabkan timbulnya penyakit saluran cerna. Malah sebaliknya. Mengapa demikian?
Untuk muslim, esensi dari berpuasa adalah menjaga kelima panca indra agar tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama. Perubahan pola makan saat puasa menyebabkan penyesuaian pada tubuh, khususnya pada sistem saluran pencernaan.
Selama berpuasa, sistem pencernaan berikut enzim dan hormon pencernaan dapat beristirahat selama 14 jam. Berbeda halnya ketika sedang tidak berpuasa sistem pencernaan akan bekerja untuk mencerna makanan secara terus menerus selama 18 jam penuh.
Ketika berpuasa tubuh kita akan beristirahat dari pekerjaan berat mencerna makanan. Ketika berpuasa juga makanan akan lebih mudah diserap dan kuman jahat tidak akan bertahan, sehingga tubuh akan terhindar dari berbagai penyakit dan berefek baik bagi kesehatan. Selama puasa, lambung juga tidak diisi dengan makanan dalam beberapa jam. Pada kejadian ini, produksi asam lambung akan menurun untuk mencegah iritasi akibat asam pada dinding lambung.
Dari suatu pelitian dilakukan pada penderita GERD yaitu suatu penyakit dimana asam lambung naik hingga ke area kerongkongan. Dalam penelitian yang dilakukan pada 130 pasien GERD ini. Kemudian dibagi menjadi 2 kelompok, GERD yang berpuasa ramadhan dan GERD yang tidak berpuasa. Pasien adalah laki-laki, median usia kedua kelompok adalah 53 tahun.
Hasilnya terdapat perbaikan gejala klinis pada 55 pasien atau 85% pasien GERD yang berpuasa. Setelah dianalisa ternyata terjadi perubahan kebiasaan seperti penurunan konsumsi rokok saat puasa dan makan lebih teratur. Perbaikan klinis ini menyakinkan pasien GERD ataupun penyakit lambung untuk tetap berpuasa ramadhan.
http://www.idionline.org/berita/pasien-maag-malah-membaik-berkat-puasa-ramadhan/
Fauiah, Munaya et al. 2021. The Effect Of Fasting On Health Of Digestion System. Indonesian Journal Of Islam And Public Health
Sampai jumpa lagi di artikel lainnya..
salam Jagoan Khitan