Muslim di seluruh dunia setiap tahun melakukan puasa selama kurang lebih 30 hari. Berpuasa diantaranya adalah tidak mengkonsumsi makanan, minuman, merokok dan melakukan hubungan seksual dari sejak terbitnya matahari sampai terbenamnya matahari tentunya. selain itu, ada hal lain yang perlu dijaga diantaranya lisan dan perbuatan dari dosa. Berpuasa di bulan ramadhan memiliki peran dalam mengatur organ dan sel tubuh. Berpuasa membuat organ dan sel bekerja sesuai dengan kapasitasnya dan mencoba mengistirahatkan tubuh agar tidak bekerja telalu berat. Sehingga tidak salah jika beberapa penelitian menunjukan manfaat berpuasa dalam menjaga tingkat imunitas bahkan meningkatkan derajat kesehatan seseorang. Ketika berpuasa saja sudah memberikan manfaat yang baik, bagaimana jika di tambah dengan itikaf?
Sebagian muslim akan melakukan ibadah itikaf terutama 10 hari terakhir bulan ramadhan. Menurut agama islam, berdiam diri di suatu tempat seperti mesjid dan menyibukan diri hanya untuk beribadah dan memohon ampunan itulah yang disebut itikaf. Ibadah yang dilakukan dapat berupa membaca quran, berdoa dan berdzikir.
Ketika melakukan itikaf dibulan ramadhan bersamaan dengan puasa tubuh akan mengalami keadaan very deep hunger (keadaan lapar yang dalam). hal ini karena selama itikaf di bulan ramadhan asupan makanan berkurang menyebabkan kalori total tubuh berkurang. Di beberapa penelitian, kekurangan total kalori akan menyebabkan melemahnya sistem imunitas sehingga memperbesar peluang terjadinya infeksi, misalnya pada orang dengan malnutrisi. Namun, dilain sisi penelitian terbaru menunjukan apabila asupan kalori berkurang akibat berpuasa selama lebih dari 3 hari dapat meningkatkan sistem imunitas.
Kondisi very deep hunger ini menyebabkan perubahan pada sistem imunitas. Limfosit merupakan parameter yang menunjukan tingkat dari sistem imun. Limfosit dan sel sejenisnya memiliki peran dalam menjaga imunitas seluler dan humoral. Dalam suatu penelitian yang menghubungan itikaf dengan tingkat imunitas. Penelitian ini dilakukan pada 46 orang dengan rata-rata umur 41 tahun. Dilakukan pemeriksaan berat badan, lingkar pinggang, Body Mass Index (BMI), indikator imunitas humoral (IgA, IgM, IgG) dan indikator sistem imun lain (NK cell, CD3, HLA DR1 dll) yang diambil dari sampel darah. Diukur sebelum dan setelah itikaf kemudian dibandingkan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat penurunan berat badan, lingkar pinggang dan BMI yang bermakna selama periode penelitian.
Kadar limfosit meningkat setelah menjalani itikaf di bulan ramadhan hal ini dapat menjadi indikator terjadinya penguatan dari sistem imun. Selain itu, terdapat peningkatan kadar imunoglobulin baik IgA, IgM dan IgG dan sesuai dengan penelitian lain yang menunjukan bahwa itikaf secara positif mempengaruhi sistem imun humoral. Dari penelitian lain, menyatakan bahwa sistem imun akan menjadi kuat bila muncul keadaan very deep hunger selama kurang lebih 72 jam.
Dari uraian ini bisa diambil kesimpulan bahwa berpuasa pada bulan ramadhan memiliki berbagai manfaat. Salah satunya adalah meningkatkan sistem imunitas tubuh. Bila saat berpuasa menjalankan itikaf di masjid selama 10 hari terakhir ramadhan. Maka akan menimbulkan keadaan very deep hunger yang diketahui akan memperkuat sistem imunitas tubuh bila dilakukan lebih dari 3 hari atau lebih dari 72 jam.
Penulis : dr. Ferdy Arif Fadilah
Editor : dr. Rio Adhi Wicaksono, MPH, Noviyanti
Eker, Hasan et al. 2017. The Impact Of Ramazan I’tikaf On Immune System. Malaysian Journal of Public Health Medicine
Sampai jumpa lagi di artikel lainnya..
salam Jagoan Khitan